TRAGEDI PERANG BERDARAH
IRAK-IRAN (1980-1988)
Sabtu, 08 Januari 2011
Oleh :
DADAN ADI KURNIAWAN*
Keberagaman
negara diseluruh dunia ini memang juga mempunyai tradisi dan watak
tersendiri-tersendiri. Adanya beberapa faktor mendasar yang sudah berlagsung sejak
lama dan menyangkut kepercayaan serta menyangkut kemakmuran hidup bersama,
ternyata sangat mudah menimbulkan konflik (peperangan). Hal-hal yang menyangkut terkait ideologi
bangsa, suku, keyakinan, sangat mudah sekali mengobarkan adanya perselisihan dan permusuhan dan
kemudian menjadi perang. Hal inilah yang terjadi pada Iran dan Irak yang saling
berperang memperebutkan hak-nya yang sudah diklaim masing-masing. Mereka
mempunyai dasar sendiri-sendiri yang dijadikanalat untuk membeladirinya supaya
menjadi miliknya.
Kawasan
Timur Tengah memangterkenal dengan sumber daya alamnya terutama hasilminyaknya
yang mampu menyuplay keseluruh penjuru dunia. Iran sebagai salah satu negara
yang kaya akan minyak, hal tersebut tidak lantas membuat Iran kaya dan tentram
seperti yang diharapkan. Karena kita ketahui bahwa negara-negara lain yang
butuh akan kekayaan minyak tersebut sudah siap untuk merebutnya. Irak adalah
negara tetangga terdekatnya yang memiliki perbatasan dengan Iran. Di perbatasan
itulah yang menjadisengketa dan menyulutkan perselisihan. Irak mengeklaim bahwa
wilayah itu merupakan miliknya akan tetapi Iran juga tidak mau kalah dan
menanggap bahwaitu juga wilayahnya.
Jika
sudah begitu maka akan sangat sulit sekali untuk menengahinya. Dengan berbagai
faktor baik intern maupun ekstern maka jelas perang antara negara tetangga ini
tak mampu dielakkan lagi. Negara yang berdampingan yang seharusnya damai justru
harus berperang dan mengakibatkan jatuhya korban yang tidak sedikit.
* Penulis adalah Mahasiswa Sejarah
FKIP UNS semester 3.
A.
LATAR
BELAKANG
Konflik antar negara yang sampai sekarang masih terus
berlanjut terjadi di Kawasan Timur Tengah, menjadikan bahan yang menarik untuk
terus diulas dan dipelajari lebih mendalam. Terutama salah satu aktor negara
yang sangat mencolok dengan konfliknya yaitu Irak. Irak terlibat perang dengan Iran negara
tetangganya. Samapi sekarang konflik-konflik di negara-negara tersebut masih
terus ada, hal tersebut disebabkab adanya faktor-faktor tertentu yang sangat
mendasar di tambah lagi faktor-faktor pendukung lainnya. Kekurangpahaman
terkait peran Irak-Iran ini tentunya membuat kita sebagai umat manusia yang
sama tinggal di planet ciptaan Tuhan ini harus saling tahu dan memperhatikan
bahkan ikut andil menjaga kerukunan antar negara. Karena pada dasrnya setiap
peperangan pasti akan mempunyai dampak tidak hanya positif tetapi cenderung
negatif terutama bagi pihak yang kalah.
B.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apa yang melatarbelakangi pecahnya Perang Teluk I
antara Irak dengan Iran?
2)
Bagaimana jalannya proses peperangan Teluk I ?
3)
Bagaimanakah dampak atau akibat dari Perang Teluk I
tersebut baik bagi Irak maupun Iran?
C.
TUJUAN
1)
Menjelaskan apa saja yang melatarbelakangi timbulnya
atau pecahnya Perang Ira-Iran atau yang sering disebut Perang Teluk I ini.
2)
Menyebutkan dan menguraikan secara lebih jelas mengenai
pembagian periode jalannya perang Irak-Iran ini.
3)
Menyebutkan dan menjelaskan terkait dampak Prang Teluk
I ini, baik bagi Irak maupun bagi Iran.
PERANG TELUK I (IRAK-IRAN)
(1980-1988)
A.
LATAR BELAKANG
Ada
begitu banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya Perang antara
Irak dengan Iran atau sering dikenal dengan sebutan Perang Teluk I. Perang ini pecah pada 22 September 1980 dan sampai
sekarang pun belum berakhir. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi
timbulnya perang Irak-Iran antara lain :
1)
Perseteruan
historis antara negeri Mesopotamia (sekarang Iraq),
dengan Persia (sekarang Iran).
Walaupun perang Iran-Irak yang dimulai dari tahun 1980-1988
merupakan perang yang terjadi di wilayah Teluk Persia, akar dari masalah ini sebenarnya
dimulai lebih dari berabad-abad silam. Berlarut-larutnya permusuhan yang
terjadi antara kerajaan Mesopotamia(terletak
di lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan Persia atau negara Iran modern. Yang pertama ialah persaingan
dsn ketegangan Bangsa Arab dan Bangsa Parsi, yang kedua ialah masalah minoritas
etnis dan yang ketiga ialah Orientasi politik luar negeri yang berbeda.
2)
Memperebutkan daerah
yang kaya kekayaan alam, Sengketa Atas
Sungai Shatt al-Arab & Khuzestan
Sungai dengan panjang kurang lebih 200 km yang terbentuk dari
pertemuan Sungai Efrat & Tigris di kota
Al-Qurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir dari sungai yang mengarah ke
Teluk Persia tersebut
terletak di perbatasan Irak dan Iran.
Sungai tersebut berperan penting bagi
Irak karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut.
Karena letaknya yang berada di perbatasan dan posisi
strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia,
sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum perang antara kedua
meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut menjadi milik kedua negara di mana
batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan kesepakatan yang dikenal
sebagai Persetujuan Aljier.
Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak.
Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak
mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan
ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Dengan begitu maka mereka saling
meng-klaim sebagai wilayah mereka masing-masing.
3)
Munculnya Revolusi Islam di Iran.
Saddam Anti Iran.
Alm.
Saddam Hussain adalah seseorang yang
anti-Iran, dilihat dari sejarah hidupnya
Disamping itu pada tahun 1979 terjadi Revolusi Islam Iran. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran pemimpin
Irak yaitu Saddam Hussain atas perlawanan golongan Syah yang dibawa Imam
Khomeini dalam revolusi Iran
ini.
Revolusi ini merupakan revolusi pemerintahan di mana rezim
kerajaan Pahlevi yang dianggap sebagai
rezim boneka Amerika serikat tumbang dan digantikan oleh sistem Republik Islam.
Pasca revolusi tersebut, muncul kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab dan
muslim Sunni bahwa revolusi tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di
sekitarnya. Kekhawatiran terbesar terutama datang dari Irak yang wilayahnya
memang bersebelahan dengan Iran
dan memiliki minoritas Syiah di wilayahnya.
Ayatullah Khomeini,
pemimpin revolusi Islam di Iran, memang memiliki impian untuk menyebarkan
pengaruh revolusinya ke negara-negara Arab lainnya. Pertengahan tahun 1980,
Khomeini menyebut bahwa pemerintahan sekuler Irak adalah pemerintahan boneka
setan dan masyarakat muslim di Irak sebaiknya bersatu untuk mewujudkan revolusi
Islam seperti di Iran.
Pernyataan Khomeini tersebut sekaligus sebagai respon dari pernyataan Saddam
pasca revolusi Islam Iran yang menyatakan bahwa bangsa Persia (Iran) tidak akan
berhasil membalas dendam kepada bangsa Arab sejak Pertempuran al-Qadisiyyah,
pertempuran pada abad ke-7 yang dimenangkan oleh bangsa Arab sekaligus
menumbangkan Kerajaan Persia kuno.
|
Dengan kekhawatiran-khekawatiran tersebut maka tak heran jika
muncul tindakan-tindakan yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan
pada puncaknya.
2.
Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada
Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz.
Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas
percobaan pembunuhan tersebut dan
mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin
Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran
sambil menyebut ada agen Iran
yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu
faktor pendorong meletusnya perang Irak-Iran.
B.
PERIODE PEPERANGAN
Perang
ini terbagi dalam beberapa alur atau periode tahun, dimana setiap periode
tersebut mempunyai makna sendiri bagi masing-masing negara karena menjadi ajang
balas dendam atas serangan-serangan yang saling dilancarkan. Adapun babak-babak
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pereode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan
oleh Irak )
Irak mempunyai sasaran yang jelas terhadap Iran. Ada
2 objektif Irak dalam serangannya ke Iran :
a.
Menguasai wilayah-wilayah strategis serta kaya minyak
di Iran
b.
Mencegah tersebarnya revolusi Islam di wilayah
tersebut.
Dalam
serangannya, Irak menginginkan kemenangan cepat atas Iran
dengan memanfaatkan situasi internal Iran yang masih belum stabil pasca
revolusi Islam. Irak juga berharap bahwa masyarakat di Iran akan menyalahkan pemerintahan baru Iran
dan kemudian sebagian dari mereka terutama dari golongan Arab Sunni akan membelot kepada Irak.
·
Berikut serangan-serangan
yang dilancarkan Irak terhadap Iran
:
a)
Tanggal 22
September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik Iran
dengan tujuan menghancurkan pesawat tempur Iran di darat, taktik yang
dipelajari dari kemenangan Israel atas Arab dalam Perang 6 Hari.
|
Serangan dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan gudang amunisi
serta jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat Iran tetap utuh
karena terlindung dalam hanggar yang terproteksi khusus. Kegagalan Irak
menghancurkan pesawat-pesawat tempur Iran
dalam serangan kejutan tersebut memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan
udara balasan ke Irak.
b)
Tanggal 23
september 1980, Irak melakukan serangan darat ke wilayah Iran dari 3 front sekaligus. Inti
dari serangan tersebut adalah untuk menguasai Khuzestan dan Shatt al-Arab di
mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai
kedua wilayah tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara
(Qasr-e Shirin) dan front tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik
yang mungkin dilakukan oleh Iran.
Hasilnya, usai serangan mendadak itu Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas
1.000 km persegi.
1)
Awal tahun 1981,Iran
yang tertekan sempat berusaha melakukan serangan balasan kepada Irak, namun
gagal karena presiden Iran, Bani Sadr,
nekat memimpin langsung pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki
pengetahuan militer yang minim. Ia mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa
didukung oleh Pasadar dan tidak memperhitungkan waktu serangan di waktu hujan
yang bakal menyulitkan suplai logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak dan banyak dari
kendaraan lapis baja Iran
yang hancur atau perlu ditinggalkan karena terjebak dalam lumpur.
2)
Pesawat-pesawat F-4 milik Iran melakukan serangan ke wilayah
Irak dan secara efektif berhasil melumpuhkan sejumlah titik penting di Irak.
Keberhasilan tersebut membuat pasukan udara Iran terlihat lebih superior
dibanding pasukan udara Irak. Namun, kurangnya amunisi dan suku cadang yang hanya
bisa didapatkan dari AS mantan sekutu Iran
yang berbalik memusuhi mereka pasca revolusi Islam membuat Iran lebih banyak memakai
helikopter yang dipasangi persenjataan darat sebagai pendukung dari udara.
2.
Periode Tahun 1982-1984 ( Titik
Balik Mundurnya Irak )
Tak disangka militer Irak yang tadinya dianggap tak
terkalahkan oleh militer Iran
teranyata situasi bisa berubah. Titik balik bagi Iran
terjadi kerena Iran
tidak tinggal diam dan segera melakukan serangan dengan berbagai Operasi
Militer, antara lain :
a) Bulan Maret 1982, dalam operasi militernya
di bawah kode sandi Operasi Kemenangan
yang Tak Dapat Disangkal (Operation Undeniable Victory). Dalam operasi
militer itu, pasukan gabungan Pasadan-Basij milik Iran berhasil menembus garis depan
pasukan Irak yang sebelumnya dianggap tidak bisa ditembus dan memecah pasukan
Irak di utara dan selatan Khuzestan sehingga pasukan Irak terpaksa mundur.
Hasil dari Operasi ini antara lain :
Ø
Bulan Mei 1982, Iran berhasil merebut kembali
wilayah Khorramshahr.
|
Dalam pertempuran di wilayah tersebut, Irak kehilangan 7.000 tentara,
sementara Iran 10.000 sehingga menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu
pertempuran paling berdarah dalam inisiatif serangan balik Iran.
Ø
Sejak kemenangan tersebut, Iran berganti menjadi pihak yang
menekan Irak & pada bulan Juni berhasil mendapatkan kembali seluruh
wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh Irak.
Ø
Saddan Hussein yang melihat bahwa moral
pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh
pasukannya dari Iran dan
menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata itu
mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh
negara-negara Arab. Iran
menolak tawaran gencatan senjata tersebut dan menyatakan bahwa mereka akan
menyerbu Irak dan tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak
digantikan oleh rezim pemerintahan republik Islam.
b) Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota
Basra, Irak, di
bawah kode sandi "Operasi Ramadhan".
Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij dan Pasdaran mengorbankan
diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi
tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga
dihujani tembakan artileri pasukan Irak.Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat kegtangguhan
persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan sejumlah
kecil wilayah karena dikuasai Iran.
Keberhasilan Iran memukul balik Irak dan
berbalik menjadi negara penyerbu membawa kekhawatiran tersendiri bagi AS yang
memutuskan untuk membantu Irak sejak tahun 1982. Presiden AS Ronald Reagan menyatakan bahwa AS akan
berusaha dengan cara apapun untuk mencegah Irak kalah. Bantuan AS beserta
negara-negara sekutunya ke Irak yang diketahui mencakup bantuan teknologi,
alutsista, dan intelijen. Dukungan untuk Irak juga datang dari Uni Soviet dan
Liga Arab.
Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka
cukup mengejutkan ketika AS diketahui juga membantu Iran
dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut.
c) Penyerbuan tahun 1983, Iran
melakukan 3 penyerbuan besar yang disusul 2 penyerbuan lainnya dengan
mengerahkan ratusan ribu personil tentaranya. Iran
sempat berhasil menembus garis pertahanan Irak, namun Irak berhasil memukul
balik Iran
dengan melakukan serangan udara mendadak secara besar-besaran. Hingga akhir
tahun 1983, tercatat 120.000 personil Iran dan 60.000 personil Irak tewas
dalam peperangan..
d) Bulan Februari 1984, Iran menggelar "Operasi Fajar (Operation
Dawn) 5 dan 6" yang ditargetkan ke kota Kut
al-Amara dengan tujuan memotong jalur perairan yang menghubungkan Baghdad dan Basra.
Dalam kedua operasi militer itu, Iran mengerahkan 500.000 personil
Basij dan Pasdaran. Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus
menjadi seperti head-to-head kekuatan militer yang dominan di masing-masing
negara. Iran
unggul jumlah tentara tapi kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara
dan artileri, sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul
dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret
merupakan salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang Irak-Iran di
mana dalam pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000 tentaranya.
Bulan Februari hingga Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah tersebut - termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun, pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau tersebut hingga menjelang akhir perang. Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran dan kota-kota penting di Iran lainnya usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya dan bantuan alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, dan Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan dalam arah peperangan dan sekalipun wilayahnya diserang, di tahun itu Iran tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi Badr"
Bulan Februari hingga Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah tersebut - termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun, pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau tersebut hingga menjelang akhir perang. Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran dan kota-kota penting di Iran lainnya usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya dan bantuan alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, dan Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan dalam arah peperangan dan sekalipun wilayahnya diserang, di tahun itu Iran tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi Badr"
3. Periode Tahun 1984-1988 ( Perang Tanker )
Tahun 1984, Irak yang baru mendapat bantuan pesawat tempur
Super Etentard terbaru dari Perancis melakukan operasi militer di laut mulai dari
muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi
militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah
operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran
maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran.
Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran
dan mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak.
Kebijakan militer Irak tersebut lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal
sebagai Perang Tanker.
a) Perang Tangker Fase I
Sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di
mana pasukan laut Irak saat itu menargetkan titik-titik penting milik Iran
di laut seperti pelabuhan dan kilang minyak. Dalam operasi militernya di laut
tersebut, Irak lebih banyak memakai angkatan udaranya untuk melakukan serangan.
Perang Tanker fase I tersebut
berlangsung selama 2 tahun setelah baik Irak maupun Iran kekurangan armada kapal untuk
meneruskan operasi militernya. Baru pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk
kembali melakukan operasi militer di laut sekaligus mengawali babak baru Perang Tanker fase II.
b) Perang tanker fase II
Dimulai
ketika Irak menyerang kapal berbendera Yunani di sebelah selatan Kepulauan
Khark pada bulan Maret 1984. Iran lantas membalasnya dengan menyerang
kapal-kapal berbendera Kuwait di dekat Bahrain dan Arab Saudi di perairan Arab
Saudi sendiri sekaligus memberi peringatan bahwa jika Irak tetap nekat
melanjutkan perang tanker, tak akan ada kapal milik negara Teluk yang selamat.
Suatu ancaman yang dampaknya tidak ringan karena berpotensi melumpuhkan
aktivitas pengangkutan minyak mentah di kawasan tersebut.
Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran
gagal melumpuhkan ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk,
Iran hanya memindahkan pelabuhannya ke Kepulauan Larakdi dekat Hormuz sehingga
aktivitas ekspor minyaknya relatif tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak
yang perekonomiannya terancam setelah Suriah, sekutu Iran saat itu, memblokade pipa minyak
Irak ke Mediterania sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak mengalihkan
aktivitas ekspor minyaknya lewat Kuwait dan jalur pipa minyak baru
dibangun melewati Laut Merah serta Turki.
4. Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya AS
)
Dampak dari perang Tanker
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut
menargetkan kapal-kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat Kuwait meminta
bantuan pihak internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama
yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal
tanker Kuwait.
Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah
didekati Kuwait
lebih dulu.
Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang
Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh
pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Irak meminta maaf
kepada AS sambil mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan dan permintaan maaf
Irak diterima oleh AS. Ironisnya, sesudah insiden itu AS justru menyalahkan Iran dengan
alasan Iranlah yang menyebabkan peperangan semakin berkobar. Tuduhan
AS lalu diikuti tindakan AS mengirim armada
lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker milik Kuwait yang mengibarkan bendera AS.
Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar
Teluk adalah untuk mengisolasi Iran
dan menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan serangan langsung
ke Iran dengan menghancurkan
kilang minyak Iran di ladang
minyak Rostam setelah pasukan Iran
menenggelamkan kapal tanker Kuwait
berbendera AS, Sea
Isle City.
Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak
& kapal-kapal perang Iran
setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat ranjau laut Iran.
5.
Periode Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )
Pada tahun 1988, arah pertempuran mulai kembali ke arah Irak
di mana Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam
pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah
besar alutsista milik Iran
dan menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya
minyak. Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan
Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8
tahun pada tanggal 20 Agustus 1988.
C.
DAMPAK PERANG TELUK I ( IRAK-IRAN )
1980-1988
Tak
dapat dipungkiri bahwa semua perang terutama perang fisik tentulah berakibat
pada jatuhnya korban jiwa. Dalam Perang Iran-Irak ini tidak hanya dirasakan
oleh satu pihak saja tetapi oleh keduanya. Adapun dampak kerugian dari Perang
Irak-Iran ini antara lain :
1)
Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi
material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan
mencapai 500 juta dollar AS.
2)
Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin
mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat
dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk
berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum
termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit,
termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang. .
3)
Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang
selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.
4)
Pembangunan ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak
kedua negara terganggu
5)
Selain kerugian materi dan korban jiwa, tidak ada
perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa
statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara juga
tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi
menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan.
KESIMPULAN
Perang
Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan
Suci dan Perang Revolusi Iran di
Iran, dan Qadisiyyah Saddam) di Irak, adalah perang di antara Irak dan Iran
yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988.
Umumnya, perang ini dikenali sebagai Perang
Teluk I.
Perang
ini pecah karena dilatarbelakangi antara lain :
1)
Perseteruan historis antara negeri Mesopotamia
(sekarang Iraq), dengan Persia (sekarang Iran). Antara lain yaitu masalah
ketegangan akibat ketatnya persaingan, menoritas etnis, dan juga orientasi
politik luar negeri yang berbeda.
2)
Sengketa atas
Sungai Shatt al-Arab dan Khuzestan yang
kaya akan hasil minyaknya. Hasil minyak ini sangat menguntungkan dan
menimbulkan daya terik setiap negara.
3)
Munculnya
Revolusi Islam di Iran yang notabene Saddam Hussein ialah AntiIran.
3.
Percobaan
Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak
Kemudian terkait dengan jalannya perang Teluk
I ini, maka di bagi menjadi beberapa periode antara lain :
1)
Pereode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak )
Irak melakukan berbagai serangan terhadap Iran guna menguasai wilayah dan mencegah
Revolusi Islam Iran.
2) Periode
Tahun 1982-1984 ( Titik Balik Mundurnya Irak )
Iran tidak tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai
Operasi militer untuk membalas serangan-serangan dari Irak. Dan hal tersebut
telah berhasil memukul mundur tentara militer Irak.
3) Periode Tahun
1984-1988 ( Perang Tanker )
Tahun 1984, berkat bantuan pesawat tempur Super Etentard
terbaru dari Perancis, Irak melakukan operasi militer di laut mulai dari muara
Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer
tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi
militer. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya sehingga Iran
mau berunding dengan Irak.
4) Periode
Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya
AS )
Dampak dari perang Tanker.
Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang
Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh
pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Akhirnya
AS menerjunakann armada lautnya di sekitar
Teluk adalah untuk mengisolasi Iran
dan menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana.
5) Periode
Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )
Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan
Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8
tahun pada tanggal 20 Agustus 1988.
Dampak Kerugian Perang Irak-Iran ini,
antara lain :
a)
Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi
material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan
mencapai 500 juta dollar AS.
b)
Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000
|
Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000
jiwa lebih, sementara Iran
mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan
tentaranya untuk berhadap hadapan langsung dengan moncong senjata musuh.
Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal
kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata
kimia Irak yang berdampak jangka panjang. .
c)
Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang
selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.
d)
Pembangunan ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak
kedua negara terganggu
e)
Selain kerugian materi dan korban jiwa, tidak ada
perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa
statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara juga
tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi
menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan.
f)
Selain itu, perang Irak-Iran ini menimbulkan polarisasi
sikap negara-negara arab. Mereka ikut khawatir melihat pertikaian antara dua
negara ini. Negara arab pada umumnya
tidak suka terhadap Iran
dan cenderung memihak Irak. Sedangkan Iran sendiri akan mengancam bagi
siapa saja yang membela Irak dan akan memotong jalur minyak di Teluk Persi dan
selat Hornuz, yang artinya akan mengancam pula bagi negara-negara barat
terutama untuk Industrinya yang maju dan berkembang. Dengan begitu memungkinkan
Uni soviet untuk memasuki Iran
dan menguasai alur minyaknya sehingga dapat menundukan Amerika serikatsebagai
pesaing Abadinya selama ini serta negara-negara berkembang lainnya. Tetapi
semuanya itu tak dapat dicapai Uni soviet dengan mudah, karena Amerika serikat
juga sudah mengetahui dan bersiap-siap untuk menaggulangi ancaman itu.
DAFTAR PUSTAKA :
http://republik-tawon.blogspot.com/2...ng-modern.html. Diakses
pada 07 Januari 2011 Pukul 15.00
http://wapedia.mobi/id/Perang_Iran-Irak.
Diakses pada 07 Januari 2011 Pukul 15.00
http://www.antaranews.com/view/?i=1180334336&c=INT&s/
. Diakses pada 07 Januari 2011 Pukul 15.00
Daliman.1990.
BPK: Sejarah asia
Barat daya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia : Universitas sebelas Maret surakarta.
Ahmad
Iqbal.2009. Perang-perang Paling
Berpengaruh Di dunia. Jogyakarta: Galangpress.
Rita
Widyana.Paper : Perang Teluk( Irak-Iran ).Angkatan
1999. Sejarah FKIP UNS Surakarta.
Minta-minta jangan ada lagi perang seperti tersebut ke atas sesama negara muslim.Barang dijauhkan Allah.
BalasHapus